Jumat, 06 Februari 2015

     Hari demi hari terasa kelabu bagiku setiap kali melihat tawa dan tangisan orang-orang sepertimu. Tertawa selepas dan sebahagianya seakan tak memiliki satu noda sedikitpun. Menangis sekeras-kerasnya seakan melimpahkan semua noda yang telah dibuat. Lega, damai, kehangatan. Andai hari-hariku dapat merasakan perasaan semacam itu. Iri, bukan, perasaan ini lebih semacam kutukan yang selalu menghantui kala melihat orang di dekatku selalu melangkah lebih maju.

     Mata yang bisa menatap lurus ke depan tanpa terhalang satu noda 
     Mata yang dapat melihat kebenaran maupun kepalsuan
     Mata yang selalu diiringi langkah kegelapan
     Mata yang memberi makna arti hidup tanpa arah
     Mata yang dapat melihat dan menerobos sesuatu yang berharga

Anak-anak tak bernoda yang terlahir dengan mata emas, sungguh malang nasibnya. itulah kami yang mereka sebut sebagai maleocchio (sang mata kutukan)

Anak-anak yang selalu diincar dan dicari dimanapun mereka berada. Anak-anak yang terbengkalai rusak tak berdaya ditinggalkan begitu saja. Dari dua pilihan itu, mata yang kumiliki tidaklah masuk keduanya. Mata yang membawaku masuk ke dalam dunia kelabu, tak mengerti arti dan indahnya dunia yang kutinggali. Mungkin bagi orang normal hidup seperti ini terasa biasa saja seperti hari-hari biasanya, namun bagiku dan mata ini dunia itu bukanlah seperti hari-hari biasanya. Mimpi buruk yang selalu mengiringi tiap langkah yang kulewati.....

............................

     Ketika terdapat satu hari dimana aku dipertemukan dengan bangsa sejenisku, hanya tatapanlah yang menjadi alat komunikasi. Aku hanya dapat melihat kepergiannya dari jauh. Ya, dia salah satu orang yang memiliki mata sepertiku, bedanya ia termasuk golongan pertama. Selalu diincar dan dicari untuk keperluan militer. Bagiku itu sama seperti dijadikan senjata dan alat pemerintah yang dapat diperlakukan seenaknya, layaknya barang. entah hidup seperti apa yang akan ia hadapi selanjutnya. 
     Mata kami menatap satu sama lain, walau tak lama hal itu mendatangkan mimpi buruk seperti yang kubilang sebelumnya. Mata yang menatap lurus ke depan seolah-olah memasuki pikiran orang yang ditatap, satu demi satu kenangan buruk orang itu mengalir deras dengan lancarnya di pikiranku. Luapan emosi yang kuat, berhasil membuat dinding hati ini terusik. Perlahan tapi pasti air mata mulai mengalir di wajahku. Sesak dan sakit, aku lari begitu saja mencari toilet. Kukeluarkan semua emosi yang sempat tertahan sedikit tadi. Kenangan buruk itu masih saja tetap berbekas di pikiran dan hatiku, entah berapa lama sampai semua itu dapat hilang. Yang jelas, sudah berkali-kali kurasakan mimpi buruk ini dan berkali-kali pula emosi sesak, perih, dan sakit selalu menghantuiku. 
       Sejak dari kecil aku sudah berkali-kali mencoba untuk menghindari menatap orang lain, dan sudah berkali-kali pula kucoba untuk tetap diam di tempat yang sepi dan menghindari tiap orang yang selalu mendekatiku. Tak hanya rasa sakit dan perih dari kenangan buruk orang yang terekam di pikiranku, tetapi juga rasa sakit dan perih yang kurasakan tiap kali orang-orang di dekatku selalu pergi melangkah maju dari diri ini. Ah, sungguh menyebalkan...............

.............................

Visitor

Know us

Blue Wings

Our Team

Sign by Danasoft - Get Your Sign

Contact us

Nama

Email *

Pesan *